Takdir Prabowo: Benang Kusut Menjelma Menjadi Benang Merah

Takdir Prabowo: Benang Kusut Menjelma Menjadi Benang Merah

Oleh Justino Djogo, MA, MBA

Kepulangan Prabowo dari pengungsian politik di Yordania awal tahun 2000an pasca jatuhnya pak Harto, disambut aneka tanya dan sindiran publik. Menurut beberapa sumber terpercaya, Gus Dur, Taufik Kiemas dan juga Susilo Bambang Yudhoyono yang berhasil meyakinkan Prabowo kembali ke pangkuan Bumi Pertiwi.

Pelan tapi pasti Prabowo mulai menjahit kembali benang kusut karir militer yang berakhir secara tak menggembirakan dan mulai merajut helai demi helai benang merah perjuangan politiknya.

Secara implisit para pengkritiknya menamakan momen ‘pengembaraan’ politik dan mengembalikan citra heroik sebagai prajurit pun datang.

Singkatnya, ketika ada perusahaan raksasa nasional yang bangkrut dan hampir saja dilelang ke konsorsium perusahaan asing, muncullah Prabowo di Istana Wapres RI untuk bertemu Jusuf Kalla, dengan segudang hasrat untuk menyelamatkan perusahaan tersebut. Daripada jatuh ke tangan asing, mending kembali ke pundak anak negeri sendiri. Jiwa heroik dan nasionalismenya Prabowo jelas kelihatan.

Takdir pun menyirami ladang dedikasi Prabowo, seiring didapuk menjadi Ketua HKTI. Kita bisa panggil beliau Jenderal Petani, Komando Para Nelayan.

Pengembaraan Politik Prabowo

Seiring detak jantung demokrasi yang memacu lahirnya banyak parpol, Prabowo pun mendirikan Partai Gerindra. Saya tidak mengatakan ini sebagai akibat kekalahannya dalam konvensi Golkar tahun 2004, namun saya pandang ini sebagai pintu gerbang takdir Prabowo yang mengantarnya 20 tahun kemudian di tahun 2024 ini menjadi pemenang (masih versi quick count) Pilpres 2024.

Lagi-lagi takdir yang berpihak pada pak Prabowo. Karena sampai sebulan sebelum pendaftaran ke KPU, beliau tidak dapat memutuskan siapa cawapresnya. Toh akhirnya kita tahu siapa cawapresnya yang meskipun diselimuti sejuta misteri dan polemik terkait cawapresnya, toh takdir memenangkan Prabowo, meskipun masih sebagai hasil quick count.

Minimal kita dapat menyaksikan jejak takdir yang memuluskan langkahnya melalui JK dan pak Jokowi yang bahkan rela menyodorkan putranya untuk menjadi cawapres. Kali ini, saya fokus hanya pada jalan panjang pengembaraan politik Prabowo.

Takdir tambahan: Jenderal Kehormatan Bintang Empat

Saya masih ingat momen Prabowo menerima takdir dengan senyuman menyalami para anggota Dewan Kehormatan Perwiral/DKP dan jajarannya yang memberhentikannya dengan hormat.

Bahkan beberapa jenderal kawakan, Wiranto, Agum Gumelar, Hendropriyono juga SBY saat ini ada di pihaknya dalam kontestasi Pilpres 2024 ini.

Saya sangat tidak yakin bahwa Prabowo pernah mengira bahwa akan mendapat anugerah jenderal kehormatan bintang empat.

Saya pikir, pemberian bintang empat jenderal kehormatan bukanlah karunia yang tiba-tiba jatuh dari langit.

Bukankah di tahun 2022 lalu, beliau sudah diberi Bintang Yudha Dharma Utama, penghargaan tertinggi dalam dunia militer di Indonesia.

Banyak analis yang menilai karir militernya mulai berakhir ketika almarhum BJ Habibie, presiden ke-3 RI menandatangani surat pemberhentian dengan hormat sebagai Pangkostrad.

Saya pun yakin, Prabowo tidak menyangka dan juga tak akan dendam terhadap BJ Habibie yang menandatangani pemberhentiannya sebagai Pangkostrad atas rekomendasi Panglima ABRI, Jenderal Wiranto. Sejarah yang mengondisikannya. Bukan oleh siapa-siapa namun oleh takdir ilahi.

Setelah mengikuti empat kali kontestasi Pilpres, dapat saya katakan bahwa Prabowo bukanlah pendendam. Dia baik-baik saja ketika orang kepercayaannya Sandiaga Uno dan Menteri Sudirman Said yang di tahun 2019 berjibaku bersamanya, mesti pindah ke panggung lain di Pilpres 2024 ini.

Mereka pisah baik-baik dan itupun akan baik baik saja setelah pemilu. Apalagi kita dengar bahwa akan terjadi Koalisi Besar Prabowo Gibran, yang bahkan diwanti-wanti Sudirman Said. Apakah ini pertanda baik? Janganlah kita ceroboh menilainya.

Pelan tapi pasti, bisa kita tarik benang kusut yang menjelma kembali oleh takdir menjadi benang merah yang kuat dalam perjalanan militer dan politik seorang Prabowo. Kita tak dapat menyalahkan siapapun tapi menyaksikan jiwa patriotnya.

Sekali lagi, Prabowo bukanlah pendendam tapi sebaliknya sosok yang mengutamakan kepentingan nasional. Apalagi, mantan Panglima TNI 2015-2018, Jenderal Moeldoko mengatakan bahwa, jika di kemudian hari ada bukti yang bisa menganulir pemberian bintang jasa militer seseorang, maka itu pun akan berlaku untuk Prabowo. Kita memang menganut egalitarianisme, meskipun sedikit kadang dikejutkan praktik KKN. Tentang ini kita bahas di kesempatan lain.

Bukankah kita saksikan, AHY, putera SBY, baru saja dilantik menjadi Menteri ATR/BPN. Ini hak prerogatif Presiden. Tentu ada jasa Prabowo dalam hal ini. Siapa meragukan kedekatan Prabowo dan Jokowi? Meskipun hak prerogatif presiden Jokowi mengangkat AHY menjadi menteri ,kita paham bahwa Partai Demokrat itu bukan di kubu Jokowi tahun 2019 lalu.

Mengapa Jokowi buru buru mengangkat AHY sebagai menteri untuk delapan bulan sisa masa jabatannya. Lagi-lagi, pertanyaan, apakah ini ada ‘restu’ Prabowo. Ya, tentu saja. Bukankah saat hari pendaftaran sebelum ke KPU, Prabowo masih sempatkan bertemu SBY beberapa menit saja, meskipun Partai Demokrat baru saja bergabung mendukungnya.

Mari kita tarik benang merahnya.

Atau beberapa momen ketika Prabowo berinteraksi dan berdiskusi di KADIN atau ketika ada acara di GOLKAR dengan Ilham Habibie, putra almarhum BJ Habibie, yang menurutnya akan meneruskan cita-cita BJ Habibie mengembangkan industri dirgantara nasional. Tidak ada sekat emosional masa lalu. Yang ada hanyalah masa depan bangsa ini.

Prabowo memang tokoh nasionalis dan patriotik. Tanpa ada aura dan aroma dendam politik.

Sebagai bangsa yang besar, kita butuh presiden penyatu dan nasionalis sejati.

Benang kusut yang telah kembali dijahitnya, sudah dilanjutkan lagi menjahit benang merah yang kita saksikan saat ini.

Kita doakan Prabowo akan menjadi RI 1, Presiden ke-8 NKRI. Hanya takdirlah yang membuatnya menjadi mungkin.

Penulis adalah Direktur Eksekutif FDN

Leave a Reply

Close Menu